The Role of Batik to Pekalongan
The first time people hear the word Pekalongan, often remember is batik. Pekalongan Batik is an icon that has been known to foreign countries and has its own characteristics in terms of motifs and patterns and coloring, which is of course different from batik from other regions in Indonesia, so the word batik is used as a slogan Pekalongan city Pekalongan Batik (clean, safe, orderly , beautiful, communicative).
The development of batik has shown survival to date for more than 200 years. The persistence of batik art thanks to the dynamics that always happens in every aspect, whether in technical or non-technical aspects (aesthetic, normative, iconographic, functional and economical). Batik, over the years has shown progress, symptoms include fluctuating socio-economic conditions of the pembatiknya, the development model and motif. Amid the turmoil of progress and decline, it appeared that batik can still exist and can survive adjust to changing fashion trends.
Based on the theory of culture, experts believe that batik is one of the indigenous cultures of Indonesia. The history of batik is expected to begin from the time of pre-history in the form of pre batik and achieve its development process at the time of Hindu forwarded to the Islamic era, further developed and updated with new elements.
The development of batik art has undergone a very long journey to reach the form as it is now. Modernization is not inevitable in all fields, including batik art. Demands of a changing society also affect the shifting demands and physical and spiritual needs of human beings.
Pekalongan batik has long been exported to several countries, including Singapore, Thailand, and the United States. Such famous batik from Pekalongan, Central Java batik so kind does not stop just be the result of economic activity, but it has also become a tourist icon.
Pekalongan batik became very distinctive because relies entirely on hundreds of small entrepreneurs, rather than on a handful of large employers have capital. Since the past decades up to now, most of the production process batik pekalongan done in homes.
Consequently, Pekalongan batik closely integrated with people's lives Pekalongan now divided into two administrative regions, namely Pekalongan and Pekalongan, Central Java. Batik is a breath pekalongan daily life Pekalongan citizens. He lived citizens live and Pekalongan.
#with google translee
Would you mind answering some questions to help improve translation quality?
Google Translate for Business:Translator Toolkit
Peran Batik untuk Pekalongan
Pertama kali orang mendengar kata Pekalongan, yang sering diingat adalah batik. Batik merupakan icon Pekalongan yang sudah terkenal sampai ke mancanegara dan memiliki ciri khas tersendiri dari segi motif maupun corak dan pewarnaannya, yang tentunya berbeda dengan batik dari daerah lain di Indonesia, sehingga kata batik dijadikan slogan Pekalongan yaitu Pekalongan kota Batik (bersih, aman, tertib, indah, komunikatif). Perkembangan batik telah menunjukkan keberlangsungannya sampai saat ini selama lebih dari 200 tahun. Bertahannya seni batik berkat adanya dinamika yang senantiasa terjadi dalam setiap aspek, baik aspek teknis ataupun aspek non teknis (estetis, normatif, ikonografis, fungsional dan ekonomis). Batik, selama bertahun-tahun telah menunjukkan perkembangannya, termasuk gejala naik-turun keadaan sosial-ekonomi para pembatiknya, perkembangan model dan motif batik. Ditengah berbagai gejolak kemajuan serta kemundurannya tersebut, ternyata batik masih bisa eksis dan mampu bertahan menyesuaikan tren mode yang terus berubah. Berdasarkan teori kebudayaan, para ahli berpendapat bahwa batik merupakan salah satu jenis kebudayaan asli Indonesia. Sejarah batik diperkirakan dimulai dari zaman pra sejarah dalam bentuk pra batik dan mencapai proses perkembangannya pada zaman Hindu diteruskan ke zaman Islam, selanjutnya dikembangkan dan diperbaharui dengan unsur-unsur baru. Perkembangan seni batik telah mengalami perjalanan yang sangat panjang hingga mencapai bentuk seperti sekarang. Modernisasi disegala bidang tidak terelakkan, termasuk seni batik ini. Tuntutan masyarakat yang berubah turut mempengaruhi bergesernya tuntutan dan kebutuhan jasmani dan rohani manusia. Batik Pekalongan sejak lama diekspor ke sejumlah negara, antara lain Singapura, Thailand, dan Amerika Serikat. Sedemikian terkenalnya batik dari Pekalongan, Jawa Tengah sehingga jenis batik ini tidak berhenti hanya menjadi hasil kegiatan ekonomi, tetapi juga telah menjadi ikon wisata. Batik Pekalongan menjadi sangat khas karena bertopang sepenuhnya pada ratusan pengusaha kecil, bukan pada segelintir pengusaha bermodal besar. Sejak berpuluh tahun lampau hingga sekarang, sebagian besar proses produksi batik pekalongan dikerjakan di rumah-rumah. Akibatnya, batik Pekalongan menyatu erat dengan kehidupan masyarakat Pekalongan yang kini terbagi dalam dua wilayah administratif, yakni Kota Pekalongan dan Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah. Batik pekalongan adalah napas kehidupan sehari-sehari warga Pekalongan. Ia menghidupi dan dihidupi warga Pekalongan.
Lirik Lagu Perahu Kertas
Perahu kertasku kan melaju
membawa surat cinta bagimu
Kata-kata yang sedikit gila,
tapi ini adanya
Perahu kertas mengingatkanku
betapa ajaibnya hidup ini
Mencari-cari tambatan hati,
kau sahabatku sendiri
Hidupkan lagi mimpi-mimpi
cinta-cinta... cita-cita ...
cinta-cinta....
yang lama ku pendam sendiri
berdua ku bisa percaya
reef:
Ku bahagia kau telah terlahir di dunia
Dan kau ada di antara milyaran manusia
Dan ku bisa dengan radarku menemukanmu
Dan kau ada di antara milyaran manusia
Dan ku bisa dengan radarku menemukanmu
#bridge
Tiada lagi yang mampu berdiri
halangi rasaku, cintaku padamu
back to reff
Ku bahagia kau telah terlahir di dunia
Dan kau ada di antara milyaran manusia
Dan ku bisa dengan radarku menemukanmu
Oh bahagia kau telah terlahir di dunia
Dan kau ada di antara milyaran manusia
Dan ku bisa dengan radarku menemukanmu..
halangi rasaku, cintaku padamu
back to reff
Ku bahagia kau telah terlahir di dunia
Dan kau ada di antara milyaran manusia
Dan ku bisa dengan radarku menemukanmu
Oh bahagia kau telah terlahir di dunia
Dan kau ada di antara milyaran manusia
Dan ku bisa dengan radarku menemukanmu..
Hal kecil dengan cinta
Dalam kehidupan ini kita tidak dapat selalu melakukan hal yang besar. Tetapi kita dapat melakukan banyak hal kecil dengan cinta yang besar.
In this life we cannot always do great things. But we can do small things with great love ^_^'
Read More
In this life we cannot always do great things. But we can do small things with great love ^_^'
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING MENGGUNAKAN MEDIA KARTU
Pendidikan dikatakan berkualitas apabila terjadi penyelenggaraan pembelajaran yang efektif dan efisien dengan melibatkan semua komponen-komponen pendidikan seperti mencakup tujuan pembelajaran, guru, peserta didik, bahan pembelajaran, metode pembelajaran, alat, dan sumber pembelajaran. Pelajaran IPS Sejarah bagi siswa menduduki posisi yang sangat strategis dan mendasar sebagai sarana pendidikan. Sedangkan guru mempunyai peran dan fungsi yang sangat penting dalam pembelajaran, oleh karena itu guru harus selalu meningkatkan peranan dan kompetensinya dalam mengelola komponen-komponen pembelajaran.
Keberhasilan dari proses pendidikan di sekolah dapat ditunjukkan dengan meningkatnya prestasi belajar siswa. Hasil belajar siswa sangat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa dan faktor yang berasal dari luar atau faktor lingkungan. Faktor yang datang dari dalam diri siswa berupa kemampuan, motivasi belajar, kebiasaan belajar, faktor fisik dan psikis. Faktor yang datang dari luar yaitu sesuatu yang mempengaruhi hasil belajar siswa di sekolah yaitu kualitas pembelajaran (Sudjana, 2005: 39).
Pembelajaran di sekolah guru hendaknya memilih dan menggunakan model, strategi, metode, pendekatan, dan teknik yang melibatkan siswa aktif dalam belajar. Untuk menumbuhkan minat dan semangat siswa dalam mempelajari IPS Sejarah. Perlu dicoba model baru dalam pembelajaran IPS Sejarah.
Salah satu tugas guru yaitu merencanakan dan melaksanakan pembelajaran, dalam tugas ini guru dituntut memiliki seperangkat pengetahuan dan keterampilan teknik mengajar, menyajikan pelajaran dengan metode yang menarik, yang mampu mengajak siswa untuk belajar secara aktif (Sudjana, 2005: 15).
Media diperlukan dalam proses pembelajaran karena mempunyai kemampuan atau kompetensi yang dapat dimanfaatkan. Media yang efektif adalah media yang mampu mengkomunikasikan sesuatu yang ingin disampaikan oleh pemberi pesan kepada penerima pesan. Jadi proses penerimaan pesan sangat dipengaruhi oleh media.
Keberhasilan dari pembelajaran sangat ditentukan oleh pemilihan metode belajar yang ditentukan oleh guru. Sebab dengan penyajian pembelajaran secara menarik akan dapat membangkitkan motivasi belajar siswa, sebaliknya jika pembelajaran itu disajikan dengan cara yang kurang menarik, membuat motivasi siswa rendah. Untuk menciptakan pembelajaran yang menarik, upaya yang harus dilakukan guru adalah memilih model pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi pembelajaran. Dengan model pembelajaran yang tepat diharapkan akan meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar sehingga hasil belajarpun dapat ditingkatkan.
Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas siswa adalah pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning). Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama (Trianto, 2007: 42).
Media yang digunakan berupa kartu pembelajaran. Pembelajaran menggunakan media kartu ini dapat memudahkan siswa untuk memahami materi IPS Sejarah yang telah disampaikan dan sifatnya tidak membosankan. Kartu adalah media grafis bidang datar yang memuat tulisan, gambar, dan simbol tertentu. Dalam fungsi media pembelajaran kartu dapat dibuat dengan berbagai bentuk dan model. Kartu termasuk media yang berfungsi untuk mempermudah siswa dalam pemahaman suatu konsep, sehingga hasil prestasi bisa lebih baik, pembelajaran lebih menyenangkan dan lebih efektif (http://jurnaljpi.wordpress.com/2007/11/14/mugiyanto).
Cooperative Learning
Cooperative Learning mengandung pengertian bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama. Pada dasarnya Cooperative Learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri (Solihatin, 2007: 4).
Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. Didalam kelas kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri 4 sampai 6 orang. Tujuan dibentuknya kelompok tersebut adalah untuk memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar. Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru dan saling membantu teman sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajar (Trianto, 2007: 41).
Media Kartu
Media adalah kata jamak dari medium yang berarti perantara atau pengantar. Kata media berlaku untuk berbagai kegiatan atau usaha, istilah media digunakan juga dalam media pengajaran atau pendidikan yang istilahnya menjadi media pendidikan atau media pembelajaran (Sanjaya, 2006: 161).
Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi (Sardiman, 2002: 16).
Media pembelajaran dapat mempertinggi proses belajar mengajar siswa dalam pengajaran yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar. Penggunaan media pendidikan sangat bergantung pada tujuan pengajaran, bahan pengajaran, kemudahan memperoleh media yang diperlukan serta kemampuan guru menggunakannya dalam proses pengajaran (Rumampuk, 1988: 12).
Media pengajaran sebagai salah satu faktor pendukung keberhasilan tujuan pengajaran memberikan pengaruh yang sangat besar. Oleh karena itu diperlukan kehati-hatian dalam memilih media pengajaran, karena media yang tidak sesuai kemungkinan besar akan menghambat tercapainya tujuan pengajaran.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia kartu yaitu kertas tebal berbentuk persegi panjang untuk berbagai keperluan. Kartu adalah media grafis bidang datar yang memuat tulisan, gambar, dan simbol tertentu. Dalam fungsi media pembelajaran kartu dapat dibuat dengan berbagai bentuk dan model. Kartu termasuk alat peraga yang berfungsi untuk mempermudah siswa dalam pemahaman suatu konsep, sehingga hasil prestasi bisa lebih baik, pembelajaran lebih menyenangkan dan lebih efektif (http://jurnaljpi.wordpress.com/2007/11/14/mugiyanto).
Visualisasi pesan, informasi atau konsep yang ingin disampaikan kepada siswa dapat dikembangkan dalam berbagai bentuk seperti foto, gambar, sketsa, grafik, bagan, kartu, dan gabungan dari dua bentuk atau lebih. Kartu pembelajaran adalah suatu media yang digunakan untuk proses belajar mengajar berupa pesan tertulis atau gambar. Jadi kartu merupakan media berbasis visual (Arsyad, 1996: 106).
Disini media kartu yang dimaksud adalah kartu kecil yang berisi gambar, konsep, soal, atau tanda simbol yang mengingatkan siswa kepada sesuatu yang berhubungan dengan materi yang sedang dipelajari. Kartu pembelajaran biasanya berukuran 8 x 12 cm atau dapat disesuaikan dengan besar kecilnya kelas yang dihadapi (Arsyad, 1996: 120).
Kelebihan dari penggunaan kartu ini antara lain, bahannya murah dan mudah diperoleh, siswa dapat langsung menggunakannya, dapat menarik perhatian siswa, metode mengajar akan lebih bervariasi. Sedangkan kekurangan dari penggunaan kartu yaitu tidak dapat menampilkan benda atau objek yang terlalu besar, ukurannya terlalu kecil untuk ditampilkan secara klasikal, membutuhkan waktu yang cukup lama.
Melihat kelemahan dan kelebihan kartu pembelajaran, maka penggunaannya dalam proses pembelajaran yang paling cocok adalah Cooperative Learning. Penggunaan kartu pambelajaran dengan model ini akan dapat membuat siswa aktif berdiskusi dalam kerja kelompok karena ukuran kartu yang terlalu kecil untuk ditampilkan secara klasikal, sehingga sangat efektif untuk meningkatkan akivitas dan hasil belajar siswa.
Pelaksanaan model pembelajaran Cooperative Learning menggunakan media kartu di sekolah menengah atas merupakan salah satu upaya memaksimalkan hasil belajar. Penerapan model pembelajaran menjadi mutlak dilakukan. Hal ini merupakan salah satu upaya pengembangan potensi siswa dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotor (skill). Pada model pembelajaran ini, siswa diharapkan lebih aktif dalam proses pembelajaran. Siswa nantinya menganalisis suatu permasalahan secara mandiri dengan bimbingan dari guru. Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide.
Guru dalam pelaksanaan model pembelajaran ini berperan sebagai fasilitator. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberi kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar menggunakan strategi mereka untuk belajar. Sebelum pelajaran guru membentuk kelompok yang terdiri dari 8 kelompok, yang setiap kelompoknya terdiri dari 4-5 siswa. Setelah pembagian kelompok guru membagikan lembar kegiatan diskusi berupa kartu kepada masing-masing kelompok. Didalam pembelajaran ini kartu yang digunakan berupa kertas berbentuk persegi panjang yang berisi gambar, konsep atau pernyataan, dan soal. Kemudian masing-masing kelompok berdiskusi menjawab pertanyaan berdasarkan informasi atau pernyataan pada kartu tersebut. Untuk memperlancar kegiatan diskusi guru mengawasi dan membimbing setiap kelompok dan memberi arahan kepada kelompok yang membutuhkan.
Setelah selesai melakukan diskusi, guru meminta kepada kelompok untuk mempresentasikan hasil dari pada diskusi mereka. Dalam kegiatan diskusi kelas ada empat kelompok yang mempresentasikan hasil diskusi. Kemudian ada lima peserta didik yang bertanya dan dua peserta didik yang berpendapat.
Kegiatan penutup dalam pembelajaran ini berupa penarikan simpulan dari materi yang telah dipelajari. Dalam kegiatan ini guru membacakan jawaban dari setiap kelompok dan menjelaskan bagian-bagian yang penting.
Dengan penerapan model pembelajaran Cooperative Learning menggunakan media kartu, diharapkan siswa akan mampu menemukan dan belajar secara mandiri tentang materi-materi IPS Sejarah dengan menganalisis permasalahan yang diberikan oleh guru. Siswa diharapkan mampu memberikan analisis terhadap permasalahan yang dibahas. Dengan penerapan model pembelajaran Cooperative Learning menggunakan media kartu ini, proses pembelajaran IPS Sejarah akan lebih bermakna, menyenangkan dan tidak membosankan. Dengan demikian pemahaman siswa terhadap materi yang diberikan akan terwujud dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
daftar pustaka:
Arsyad, Azhar. 1996. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Mugiyanto. 2007. Penggunaan Kartu Konsep untuk Meningkatkan Hasil Pembelajaran Sejarah. On line at. http://jurnaljpi.wordpress.com/2007/11/14/mugiyanto. (2 Januari 2009).
Rumampuk, Dientje H. 1988. Media Instruksional IPS. Jakarta: Depdikbud.
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan . Jakarta: Kencana Prenada Media.
Sardiman, Arief, dkk. Media Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Solihatin dan Raharjo. 2007. Cooperative Learning. Jakarta: Bumi Aksara.
Sudjana, Nana. 2005. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Read More
Keberhasilan dari proses pendidikan di sekolah dapat ditunjukkan dengan meningkatnya prestasi belajar siswa. Hasil belajar siswa sangat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa dan faktor yang berasal dari luar atau faktor lingkungan. Faktor yang datang dari dalam diri siswa berupa kemampuan, motivasi belajar, kebiasaan belajar, faktor fisik dan psikis. Faktor yang datang dari luar yaitu sesuatu yang mempengaruhi hasil belajar siswa di sekolah yaitu kualitas pembelajaran (Sudjana, 2005: 39).
Pembelajaran di sekolah guru hendaknya memilih dan menggunakan model, strategi, metode, pendekatan, dan teknik yang melibatkan siswa aktif dalam belajar. Untuk menumbuhkan minat dan semangat siswa dalam mempelajari IPS Sejarah. Perlu dicoba model baru dalam pembelajaran IPS Sejarah.
Salah satu tugas guru yaitu merencanakan dan melaksanakan pembelajaran, dalam tugas ini guru dituntut memiliki seperangkat pengetahuan dan keterampilan teknik mengajar, menyajikan pelajaran dengan metode yang menarik, yang mampu mengajak siswa untuk belajar secara aktif (Sudjana, 2005: 15).
Media diperlukan dalam proses pembelajaran karena mempunyai kemampuan atau kompetensi yang dapat dimanfaatkan. Media yang efektif adalah media yang mampu mengkomunikasikan sesuatu yang ingin disampaikan oleh pemberi pesan kepada penerima pesan. Jadi proses penerimaan pesan sangat dipengaruhi oleh media.
Keberhasilan dari pembelajaran sangat ditentukan oleh pemilihan metode belajar yang ditentukan oleh guru. Sebab dengan penyajian pembelajaran secara menarik akan dapat membangkitkan motivasi belajar siswa, sebaliknya jika pembelajaran itu disajikan dengan cara yang kurang menarik, membuat motivasi siswa rendah. Untuk menciptakan pembelajaran yang menarik, upaya yang harus dilakukan guru adalah memilih model pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi pembelajaran. Dengan model pembelajaran yang tepat diharapkan akan meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar sehingga hasil belajarpun dapat ditingkatkan.
Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas siswa adalah pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning). Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama (Trianto, 2007: 42).
Media yang digunakan berupa kartu pembelajaran. Pembelajaran menggunakan media kartu ini dapat memudahkan siswa untuk memahami materi IPS Sejarah yang telah disampaikan dan sifatnya tidak membosankan. Kartu adalah media grafis bidang datar yang memuat tulisan, gambar, dan simbol tertentu. Dalam fungsi media pembelajaran kartu dapat dibuat dengan berbagai bentuk dan model. Kartu termasuk media yang berfungsi untuk mempermudah siswa dalam pemahaman suatu konsep, sehingga hasil prestasi bisa lebih baik, pembelajaran lebih menyenangkan dan lebih efektif (http://jurnaljpi.wordpress.com/2007/11/14/mugiyanto).
Cooperative Learning
Cooperative Learning mengandung pengertian bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama. Pada dasarnya Cooperative Learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri (Solihatin, 2007: 4).
Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. Didalam kelas kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri 4 sampai 6 orang. Tujuan dibentuknya kelompok tersebut adalah untuk memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar. Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru dan saling membantu teman sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajar (Trianto, 2007: 41).
Media Kartu
Media adalah kata jamak dari medium yang berarti perantara atau pengantar. Kata media berlaku untuk berbagai kegiatan atau usaha, istilah media digunakan juga dalam media pengajaran atau pendidikan yang istilahnya menjadi media pendidikan atau media pembelajaran (Sanjaya, 2006: 161).
Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi (Sardiman, 2002: 16).
Media pembelajaran dapat mempertinggi proses belajar mengajar siswa dalam pengajaran yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar. Penggunaan media pendidikan sangat bergantung pada tujuan pengajaran, bahan pengajaran, kemudahan memperoleh media yang diperlukan serta kemampuan guru menggunakannya dalam proses pengajaran (Rumampuk, 1988: 12).
Media pengajaran sebagai salah satu faktor pendukung keberhasilan tujuan pengajaran memberikan pengaruh yang sangat besar. Oleh karena itu diperlukan kehati-hatian dalam memilih media pengajaran, karena media yang tidak sesuai kemungkinan besar akan menghambat tercapainya tujuan pengajaran.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia kartu yaitu kertas tebal berbentuk persegi panjang untuk berbagai keperluan. Kartu adalah media grafis bidang datar yang memuat tulisan, gambar, dan simbol tertentu. Dalam fungsi media pembelajaran kartu dapat dibuat dengan berbagai bentuk dan model. Kartu termasuk alat peraga yang berfungsi untuk mempermudah siswa dalam pemahaman suatu konsep, sehingga hasil prestasi bisa lebih baik, pembelajaran lebih menyenangkan dan lebih efektif (http://jurnaljpi.wordpress.com/2007/11/14/mugiyanto).
Visualisasi pesan, informasi atau konsep yang ingin disampaikan kepada siswa dapat dikembangkan dalam berbagai bentuk seperti foto, gambar, sketsa, grafik, bagan, kartu, dan gabungan dari dua bentuk atau lebih. Kartu pembelajaran adalah suatu media yang digunakan untuk proses belajar mengajar berupa pesan tertulis atau gambar. Jadi kartu merupakan media berbasis visual (Arsyad, 1996: 106).
Disini media kartu yang dimaksud adalah kartu kecil yang berisi gambar, konsep, soal, atau tanda simbol yang mengingatkan siswa kepada sesuatu yang berhubungan dengan materi yang sedang dipelajari. Kartu pembelajaran biasanya berukuran 8 x 12 cm atau dapat disesuaikan dengan besar kecilnya kelas yang dihadapi (Arsyad, 1996: 120).
Kelebihan dari penggunaan kartu ini antara lain, bahannya murah dan mudah diperoleh, siswa dapat langsung menggunakannya, dapat menarik perhatian siswa, metode mengajar akan lebih bervariasi. Sedangkan kekurangan dari penggunaan kartu yaitu tidak dapat menampilkan benda atau objek yang terlalu besar, ukurannya terlalu kecil untuk ditampilkan secara klasikal, membutuhkan waktu yang cukup lama.
Melihat kelemahan dan kelebihan kartu pembelajaran, maka penggunaannya dalam proses pembelajaran yang paling cocok adalah Cooperative Learning. Penggunaan kartu pambelajaran dengan model ini akan dapat membuat siswa aktif berdiskusi dalam kerja kelompok karena ukuran kartu yang terlalu kecil untuk ditampilkan secara klasikal, sehingga sangat efektif untuk meningkatkan akivitas dan hasil belajar siswa.
Pelaksanaan model pembelajaran Cooperative Learning menggunakan media kartu di sekolah menengah atas merupakan salah satu upaya memaksimalkan hasil belajar. Penerapan model pembelajaran menjadi mutlak dilakukan. Hal ini merupakan salah satu upaya pengembangan potensi siswa dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotor (skill). Pada model pembelajaran ini, siswa diharapkan lebih aktif dalam proses pembelajaran. Siswa nantinya menganalisis suatu permasalahan secara mandiri dengan bimbingan dari guru. Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide.
Guru dalam pelaksanaan model pembelajaran ini berperan sebagai fasilitator. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberi kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar menggunakan strategi mereka untuk belajar. Sebelum pelajaran guru membentuk kelompok yang terdiri dari 8 kelompok, yang setiap kelompoknya terdiri dari 4-5 siswa. Setelah pembagian kelompok guru membagikan lembar kegiatan diskusi berupa kartu kepada masing-masing kelompok. Didalam pembelajaran ini kartu yang digunakan berupa kertas berbentuk persegi panjang yang berisi gambar, konsep atau pernyataan, dan soal. Kemudian masing-masing kelompok berdiskusi menjawab pertanyaan berdasarkan informasi atau pernyataan pada kartu tersebut. Untuk memperlancar kegiatan diskusi guru mengawasi dan membimbing setiap kelompok dan memberi arahan kepada kelompok yang membutuhkan.
Setelah selesai melakukan diskusi, guru meminta kepada kelompok untuk mempresentasikan hasil dari pada diskusi mereka. Dalam kegiatan diskusi kelas ada empat kelompok yang mempresentasikan hasil diskusi. Kemudian ada lima peserta didik yang bertanya dan dua peserta didik yang berpendapat.
Kegiatan penutup dalam pembelajaran ini berupa penarikan simpulan dari materi yang telah dipelajari. Dalam kegiatan ini guru membacakan jawaban dari setiap kelompok dan menjelaskan bagian-bagian yang penting.
Dengan penerapan model pembelajaran Cooperative Learning menggunakan media kartu, diharapkan siswa akan mampu menemukan dan belajar secara mandiri tentang materi-materi IPS Sejarah dengan menganalisis permasalahan yang diberikan oleh guru. Siswa diharapkan mampu memberikan analisis terhadap permasalahan yang dibahas. Dengan penerapan model pembelajaran Cooperative Learning menggunakan media kartu ini, proses pembelajaran IPS Sejarah akan lebih bermakna, menyenangkan dan tidak membosankan. Dengan demikian pemahaman siswa terhadap materi yang diberikan akan terwujud dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
daftar pustaka:
Arsyad, Azhar. 1996. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Mugiyanto. 2007. Penggunaan Kartu Konsep untuk Meningkatkan Hasil Pembelajaran Sejarah. On line at. http://jurnaljpi.wordpress.com/2007/11/14/mugiyanto. (2 Januari 2009).
Rumampuk, Dientje H. 1988. Media Instruksional IPS. Jakarta: Depdikbud.
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan . Jakarta: Kencana Prenada Media.
Sardiman, Arief, dkk. Media Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Solihatin dan Raharjo. 2007. Cooperative Learning. Jakarta: Bumi Aksara.
Sudjana, Nana. 2005. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.